Minggu, 10 Februari 2013

Penanganan Keracunan Organophosphate



BAB 1
PENDAHULUAN

Pestisida merupakan suatu produk yang sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Penggunaanya sudah merebak seperti jamur di tengah musim penghujan. Dampak yang ditimbulkan pun tidak kalah penting untuk dibicarakan karena sangat berbahaya bagi kesehatan.
Pada awalnya pestisida dianggap sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia karena beberapa kelebihannya seperti dapat menurunkan populasi hama secara cepat, mudah dalam penggunaannya, dan secara ekonomis sangat menguntungkan. Akan tetapi, penggunaan pestisida memiliki beberapa dampak negative seperti merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia/aplikator. WHO memperkirakan kejadian keracunan insektisida akut sebanyak 3.000.000 kasus setiap tahunnya, dengan angka kematian sejumlah 220.000 kasus. Mayoritas ibsiden ini terjadi di negara-negara berkembang, terutama di Afrika, Asia, Amerika tengah, dan Amerika Selatan. Di Amerika Tengah, misalnya, terjadi peningkatan insiden yang bermakna dari tahun 1992 sampai tahun 2000, dengan angka kejadian keracunan insektisida meningkat dari 6,3 per 100.000 populasi menjadi 19,3 per 100.000 populasi, dengan kecepatan mortalitas yang meningkat dari 0,3 per 100.000 populasi menjadi 2,1 per 100.000 kasus. Salah satu factor mengapa pestisida berbahaya bagi kesehatan manusia/aplikator di lapangan adalah adanya keterkaitan antara cara kerja pestisida (golongan Organophospat dan Carbamat) dengan enzim colinestarase yang terdapat di dalam system syaraf manusia.
Organophosphate merupakan pestisida berbahaya sebagaimana telah dinyatakan dalam berbagai hasil penelitian yang dilakukan diantaranya pada tahun 1998, American Association of Poison Control Center melaporkan 16.392 terkena dampak organophosphates, dengan 11 kematian. Mei tahun 1999 sampai 2000 tercatat sebanyak 62,37 kasus keracunan organophosphate di India dengan 6 diantaranya meninggal saat perawatan. Selain dampak kematian yang ditimbulkan, dari penelitian yang dilakukan oleh Compston paparan organophosphate  juga dapat menyebabkan penurunan pembentukan tulang. Bukan itu saja dalam dosis rendah, organophosphate memberikan efek neuropsikologi (Inggris Royal College of Physicians dan Psikiater). Pestisida yang termasuk dalam pestisida organophosphate ialah diazinon, klorpirifos, disulfoton, azinphos-metil, dan fonofos.

BAB II
MATERI


A.      Struktur
Organophosphate memiliki struktur kimia:




B.       Patofisiologi
Secara umum, organofosfat merupakan insektisida yang paling toksik diantara pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Efek sistemik yang timbul pada manusia ataupun pada binatang percobaan yang terpapar, baik secara inhalasi, oral, ataupun melalui kulit, terutama disebabkan oleh penghambatan enzim asetilkolinesterase (AChE).
Penghambatan enzim asetilkolinesterase (AChE) terjadi pada hubungan antara saraf dan otot, serta pada ganglion sinap. Asetilkolin merupakan suatu neurotransmiter dari impuls saraf pada post-ganglionik, serabut saraf parasimpatik, saraf somatomotorik pada otot bergaris, serat saraf pre-ganglionik baik parasimpatis dan simpatis serta sinap-sinap tertentu pada susunan saraf. Secara normal, asetilkolin dilepaskan melalui perangsangan pada saraf, yang kemudian akan diteruskan dari motor neuron ke otot volunter, misalkan pada bronkus atau jantung. Asetilkolin yang dilepaskan tersebut kemudian akan dihidrolisa menjadi kolin dan asam asetat oleh enzim asetilkolinesterase. Sebagai antikolinesterase organofosfat, diazinon menghambat AChE dengan membentuk kompleks fosforilasi yang stabil, sehingga tidak mampu memecah asetilkoline pada hubungan antara saraf dan otot, serta pada ganglion sinap, sehingga terjadi penumpukan asetilkoline pada reseptorm asetilkolin, yang menyebabkan terjadinya stimulasi yang berlebihan dan berkelanjutan pada serat-serta kolinergic pada parasimpatis postganglionik, hubungan neuromuskular pada otot skeletal, dan hiperpolarisasi dan desentisasi sel-sel pada sistem saraf pusat.



C.       Efek Farmakologi
Reaksi-reaksi yang terjadi dapat digolongkan menjadi:
1. Perangsangan terhadap parasimpatik postganglionik, yang berefek pada beberapa organ, antara lain kontriksi pada pupil (miosis), perangsangan terhadap kelenjar (salivasi, lakrimasi, dan rhinitis), nausea, inkontinensia urin, muntah, nyeri perut, diare, bronkokontriksi, bronkospasme, peningkatan sekresi bronkus, vasodilatasi, bradikardia, dan hipotensi.
2. Efek nicotinik, terjadi akibat penimbunan asetilkolin pada hubungan otot skeletal dan simpatism preganglionik. Gejal-gejala yang muncul sepertimuscular fasciculations, kelemahan, midriasis, takikardia, dan hipertensi.
3. Efek pada sistem saraf pusat terjadi akibat penimbunan asetilkolin pada tingkat cortical, subcortical, dan spinal, terutama pada korteks serebral, hipocampus, dan sistem motorik ekstrapiramidal. Gejala-gejalanya seperti depresi pernafasan, cemas, insomnia, nyeri kepala, lemas, gangguan mental, gangguan konsentrasi, apatis, mengantuk, ataksia, tremor, konvulsi, dan koma.
D. Efek Toksikologi
1.Hambatan aktivitas AChE berhubungan dengan stres oksidatif pada sel darah. Jika antioksidan dalam tubuh tidak mampu menangani radikal bebas yang terbentuk akibat terhambatnya AChE, radikal bebas ini akan merusak sel-sel, dan menyebabkan terjadinya stres oksidatif.
2.Efek toxic organophosphate juga terjadi pada sel hati, dimana organophosphate juga meningkatkan pelepasan glukosa ke darah dengan jalan mengaktifkan glikogenolisis dan glukoneogenesis, sehingga menjadi predisposisi terjadinya Diabetes Mellitus.



BAB III
PENANGANAN KASUS KERACUNAN

Penanganan keracunan Organophosphate ialah:
1.      Basic Support live
Merupakan tindakan penyelamatan pertama agar para korban keracunan dapat tetap hidup.misalnya: Infuse, Pemberian O2,  ventilator dan bila pasien terkena organophosphate dengan kontaminasi kulit, maka baju dibuang dan untuk menghilangkan jejak dapat dicuci dengan air dan sabun yang lembut.

2.      Early Managemen
Terapi awal dilakukan agar racun tidak di absorbsi lebih lanjut, langkah-langkah yang dilakukan ialah:
-          bilas lambung. Bila gejala-gejala keracunan belum muncul, bilas dengan air
             hangat, atau induksi muntah dengan sirup ipekak.
-          berikan laksatif Magnesium sulfat 25 gr dalam 1 gelas air. Dalam kasus ini Castrol oil
             merupakan kontra indikasi karena mempermudah racun untuk melarut.
3.      Antidotum
Antidotum merupakan  penawaran racun, sedangkan antidotum yang digunakan ialah
-          Atropine
Merupakan antagonizes ACH pada reseptor muscarinic, dengan meninggalkan reseptor nicotinic. Atropine diberikan  sampai gejala muscarinic mengalami perbaikan , yang dapat diukur dengan peningkatan kemudahan bernapas pada pasien sadar atau perbaikan dalam kemudahan  ventilasi pasien.
dosis yang digunakan :
·         Dewasa
1-2 mg / dosis IV P10-20 menit untuk efek, kemudian P1-4h selama 24 jam, tidak melebihi 50 mg dalam 24 jam pertama (atau 2 g selama beberapa hari jika mabuk berat)
·         pediatric
0,02-0,05 mg / kg IV P10-20 menit untuk efek, kemudian P1-4h paling sedikit 24 jam.
-          Pralidoxime klorida (Protopam, klorida 2-PAM)
·         Dosis dewasa
1 g IV selama 15-30 menit saat pasien telah fasikulasi, kelemahan otot, atau depresi pernafasan pada pemeriksaan; dapat diulangi P8-12h untuk 3 dosis
·         Pediatric
25-50 mg / kg IV diberikan sebagai solusi 5% dalam saline isotonik, ulangi dalam 12 jam jika gejala menetap atau berulang


BAB IV
Kesimpulan dan Saran
A.    Kesimpulan

Insektisida golongan organophosphate paling banyak digunakan di Indonesia meskipun memiliki tingkat ketoksikan yang tinggi, sehingga kemungkinan untuk terjadi keracunan pun tinggi. Paparan organophosphate dapat masuk melalui kulit,inhalasi maupun oral. Organophosphate masuk ke system sistemik darah dan mengikat enzim colinestarase yang terdapat di dalam system syaraf manusia. Penatalaksanan bagi korban keracunan dapat dengan basic support live untuk penyelamatan pertama yaitu dengan pemberian infuse, O2, ventilator.kemudian langkah selanjutnya dengan terapi awal yaitu dengan hemodialisis, pengurasan lambung dan hemoperkusi untuk mengeluarkan racun maupun menyerap racun, setelah itu diberi antidotum yang merupakan penawar racun yaitu atropine dan Pralidoxime chloride (Protopam, 2-PAM chloride).


B.     Saran
Menciptakan alternative lain insektisida yang ramah lingkungan sehingga keracunan pestisida dapat berkurang


DAFTAR PUSTAKA

Frances M Dyro, MD, Chief of the Neuromuscular Section, Associate Professor, Department of Neurology, New York Medical College, Westchester Medical Center.Oct 12, 2009
Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press.
Lotti M, Becker CE, Aminoff MJ. Organophosphate polyneuropathy: pathogenesis and prevention. Neurology. May 1984;34(5):658-62. [Medline].
Sung JJ, Kim SJ, Lee HB, et al. Anticholinesterase induces nicotinic receptor modulation. Muscle Nerve. Sep 1998;21(9):1135-44. 
Abou-Donia MB. Organophosphorus ester-induced chronic neurotoxicity. Arch Environ Health. Aug 2003;58(8):484-97. 
Eddleston M, Buckley NA, Eyer P, Dawson AH. Management of acute organophosphorus pesticide poisoning. Lancet. Feb 16 2008;371(9612):597-607. [Medline].
Compston JE, Vedi S, Stephen AB, et al. Reduced bone formation after exposure to organophosphates. Lancet. Nov 20 1999;354(9192):1791-2. [Medline].
Alavanja MC, Hoppin JA, Kamel F. Health effects of chronic pesticide exposure: cancer and neurotoxicity. Annu Rev Public Health. 2004;25:155-97. [Medline].
Eskenazi B, Maizlish NA. Effects of Occupational Exposure to Chemicals on Neurobehavioral Functioning. In: Tarter RE, Thiel DHV, Edwards KL, eds. Medical Neuropsychology: The Impact of Disease on Behavior. New York, NY: Plenum Press; 1988.
Rosenstock L, Keifer M, Daniell WE, et al. Chronic central nervous system effects of acute organophosphate pesticide intoxication. The Pesticide Health Effects Study Group. Lancet. Jul 27 1991;338(8761):223-7. [Medline].
Senanayake N, Jeyaratnam J. Toxic polyneuropathy due to gingili oil contaminated with tri-cresyl phosphate affecting adolescent girls in Sri Lanka. Lancet. Jan 10 1981;1(8211):88-9. [Medline].
Senanayake N, Karalliedde L. Neurotoxic effects of organophosphorus insecticides. An intermediate syndrome. N Engl J Med. Mar 26 1987;316(13):761-3. [Medline].
De Luca CJ, Buccafusco JJ, Roy SH, et al. The electromyographic signal as a presymptomatic indicator of organophosphates in the body. Muscle Nerve. 2006;33(3):369-76. [Medline].
Singh G, Sidhu UP, Mahajan R, et al. Phrenic nerve conduction studies in acute organophosphate poisoning. Muscle Nerve. Apr 2000;23(4):627-32. [Medline].
Pawar KS, Bhoite RR, Pillay CP, Chavan SC, Malshikare DS, Garad SG. Continuous pralidoxime infusion versus repeated bolus injection to treat organophosphorus pesticide poisoning: a randomised controlled trial. Lancet. Dec 16 2006;368(9553):2136-41. [Medline].
Feldman RG. Organophosphates. In: Occupational and Environmental Neurotoxicology. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven; 1998.
Ludomirsky A, Klein HO, Sarelli P, et al. Q-T prolongation and polymorphous ("torsade de pointes") ventricular arrhythmias associated with organophosphorus insecticide poisoning. Am J Cardiol. May 1982;49(7):1654-8. [Medline].
Maddy KT, Edmiston S, Richmond D. Illness, injuries, and deaths from pesticide exposures in California 1949-1988. Rev Environ Contam Toxicol. 1990;114:57-123. [Medline].
Savage EP, Keefe TJ, Mounce LM, et al. Chronic neurological sequelae of acute organophosphate pesticide poisoning. Arch Environ Health. Jan-Feb 1988;43(1):38-45. [Medline].
Tune LE, Damlouji NF, Holland A, et al. Association of postoperative delirium with raised serum levels of anticholinergic drugs. Lancet. Sep 26 1981;2(8248):651-3. [Medline].



Jumat, 08 Februari 2013

it's friendship


satu bulan kemarin itu berasa hidup penuh perjuangan,. Perjuangan yang berat untuk hadapin ujian compre profesi apoteker... meski pas ujian gak puas dengan jawaban sendiri itu manusiawi to. Manusia itu memang gak pernah puas dengan apa yang didapat, karena aku merasa aku belum mengeluarkan semua apa yang ku punya. Lupakan compre yang hasilnya Alhamdulilah cumlaude (apa ini, apa aku tadi sombong?? astagrfirullah).
Akhirnya hari ini,.. bisa refresh bareng temen-temen disela-sela jadwal kerja dan persiapan sumpahan.

Teman itu jadi ngangenin karena kebersamaan itu indah
temen buat kita merasa sepi kala mereka pergi dan meninggalkan ingatan tentang kenakalan mereka
teman menjadikan kita paling berarti karena hari ini....
saat kalian berebut makanan itu lucu, saat kita ngunyah makanan yang sama satu meja itu seru


bukan tempat atau apa makanan yang kita makanan tapi kebersamaan yang kita alami yang membuat ini begitu indah,. saat kamu ewer membuat sandal yeni putus dan muka bersalah mu itu ahh sungguh lucu.
Bulan depan kita sudah tak bisa bersama lagi, ini begitu cepat ya teman meski begitu ku senang berada dlam satu lingkaran yang disebut PERTEMANAN ini.

Waktu yang singkat tapi kalian bagian dari kehidupan saya dan akan tertanam dalam akar pikiran saya ~~^^.