Jumat, 13 September 2013

Selalu, ku panggil Kau Ibu

Begitu tertegun mendengar seuntai kata pahit itu, saat dititik dimana aku hanya ingin membahagiakan seseorang yang bernama ibu dan pada saat yang bersamaan waktu tak perpihak.
Begitu banyak penyair meliuk-liukkan sanjungan untuk seorang ibu bahkan duniapun mengaminkannya. Tapi begitu ku sadar semua itu tak perlu karena tindakan yang nyata lebih menyentuh dari seuntai syair, seikat kembang, ataupun tumpukan dolar.
Sebagian kita dan mungkin salah satunnya aku, selalu berpikir mencari uang sebanyak-banyaknya ialah salah satu bakti untuknya, bila ku kaya Beliau tak kan menderita dan pastinya bahagia. Tidak ada yang salah tentang itu, namun perhatianlah yang ia minta tuk dicukupi karena hanya itu yang membuat kami makin dekat.
Kesibukan acapkali membelenggu bahkan tuk menoleh padanya terasa sulit, sekali menoleh terlihat wajahnya yang tak lagi sekencang dulu, rambut hitamnya pun tak menduduki posisi juara lagi, dan saat duduk bersamanya tinggallah keluhan-keluhan tentang kerentaan tubuhnya yang mendominasi pembicaraan.
Saat tersadar ibu tersayang tak sekuat dan secantik dulu pasti menciptakan sebuah ketakutan yang sangat tetapi disana masih tersimpan hati yang lembut dan teduh serta hangat. Mungkin satu dua atau bahkan milyaran air mata tak terbayar untuknya saat mulut ini berkata sedikit kasar. Percepat kata maaf dan peluk dari sebrang terkadang meninggalkan rasa perih dan pahit. Bahkan bila kita berkata "mom, i love u and u are my everything. If this world has contain with many gold, it not enough to me because only u.... yeeeap only u that i need" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar